Info Seputar Sukabumi

Tampilkan postingan dengan label BATUK ALERGI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BATUK ALERGI. Tampilkan semua postingan

Selasa, 06 Maret 2007




BATUK MEMBANDEL DAN ALERGI MAKANAN

.

Provided by
DR WIDODO JUDARWANTO
children’s ALLERGY CLINIC
JL TAMAN BENDUNGAN ASAHAN 5 JAKARTA PUSAT, JAKARTA INDONESIA 10210
PHONE : (021) 70081995 – 5703646
email :
cfc2006@hotmail.com, allergyonline@gmail.com, www.alergianak.blogspot.com/

Gangguan saluran napas khususnya batuk lama atau batuk membandel adalah merupakan gejala penyakit yang sering dikeluhkan pada penderita anak yang melakukan rawat jalan. Penyakit alergi tampaknya berperanan paling utama sebagai penyebab dalam kasus tersebut. Beberapa penelitian menunjukkan hanya dengan dengan melakukan eliminasi makanan penyebab alergi dapat menghilangkan gangguan batuk tersebut.
Penanganan terbaik pada penderita alergi makanan dengan gangguan batuk lama adalah adalah dengan menghindari makanan penyebabnya. Pemberian obat-obatan anti alergi dalam jangka panjang adalah bukti kegagalan dalam mengidentifikasi makanan penyebab alergi. Mengenali secara cermat gejala alergi dan mengidentifikasi secara tepat penyebabnya, maka gejala alergi dapat dikurangi.
Deteksi gejala alergi dan gangguan saluran napas pada anak harus dilakukan sejak dini. Sehingga pengaruh alergi makanan terhadap gangguan napas dapat dicegah atau diminimalkan.
ALERGI MAKANAN
Beberapa laporan ilmiah baik di dalam negeri atau luar negeri menunjukkan bahwa angka kejadian alergi terus meningkat tajam beberapa tahun terahkir. Tampaknya alergi merupakan kasus yang cukup mendominasi kunjungan penderita di klinik rawat jalan Pelayanan Kesehatan Anak. Menurut survey rumah tangga dari beberapa negara menunjukkan penyakit alergi adalah adalah satu dari tiga penyebab yang paling sering kenapa pasien berobat ke dokter keluarga. Penyakit pernapasan dijumpai sekitar 25% dari semua kunjungan ke dokter umum dan sekitar 80% diantaranya menunjukkan gangguan berulang yang menjurus pada kelainan alergi. BBC beberapa waktu yang lalu melaporkan penderita alergi di Eropa ada kecenderungan meningkat pesat. Angka kejadian alergi meningkat tajam dalam 20 tahun terakhir. Setiap saat 30% orang berkembang menjadi alergi. Anak usia sekolah lebih 40% mempunyai 1 gejala alergi, 20% mempunyai astma, 6 juta orang mempunyai dermatitis (alergi kulit). Penderita Hay Fever lebih dari 9 juta orang
Alergi pada anak dapat menyerang semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa terjadi. Terakhir terungkap bahwa alergi ternyata bisa mengganggu fungsi otak, sehingga sangat mengganggu perkembangan anak Belakangan terungkap bahwa alergi menimbulkan komplikasi yang cukup berbahaya, karena alergi dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita termasuk gangguan fungsi otak. Gangguan fungsi otak itulah maka timbul ganguan perkembangan dan perilaku pada anak seperti gangguan konsentrasi, gangguan emosi, keterlambatan bicara, gangguan konsentrasi hingga memperberat gejala Autis.
Di Indonesia sebanyak 30 – 40 % anak dari 80 anak usia di bawah 3 tahun tercatat sering mengalami gangguan tidur. Hal ini cukup mengkhawatirkan, lantaran gangguan tidur disinyalir dapat mempengaruhi proses pertumbuhan kecerdasan anak di masa mendatang.

BATUK ALERGI KRONIS (LAMA) BERULANG

Batuk lama atau batuk membandel adalah batuk yang terjadi lebih dari 2 minggu. Penyebab batuk membandel yang paling sering didapatkan adalah proses non spesifik atau karena alergi makanan. Manifestasi klinisnya berupa keluhan batuk, pilek, tanpa atau dengan disertai sesak yang berulang. Keluhan sesak ini biasanya terjadi pada penderita asma. Batuk lama karena alergi biasanya batuk terjadi saat malam hari dan pagi hari atau batuk timbul saat aktifitas seperti berlari, menangis atau tertawa keras. Biasanya keluhan tersebut lama sembuhnya meskipun sudah diobati.
Resiko alergi khususnya batuk lama pada anak sebenarnya sudah dapat dideteksi sejak lahir, yaitu pada awal kelahiran tampak sering bersin, mata sering belekan, berair dan cold like respiratory congestion atau suara napas terdengar grok-grok. Yang terakhir ini sering dikira karena pembersihan jalan napas waktu lahir kurang bersih, padahal penyebabnya adalah produksi cairan yang berlebihan di saluran napas (hipersekresi bronkus). Biasanya bunyi napas tersebut akan hilang setelah usia 3 bulan. Bila pada bayi terdapat tanda dan gejala tersebut maka orang tua harus waspada nantinya anak tersebut akan beresiko untuk alergi pada saluran napas. Anak tersebut beresiko sering mengalami batuk dan pilek terutama pada umur 6 hingga 2 tahun.

Pada usia yang lebih besar biasanya timbul keluhan batuk sering berulang. Tampak pada anak sering batuk-batuk kecil atau kadang hanya seperti berdehem. Keluhan itu terjadi hilang timbul, kadang tanpa diobatipun keluhan tersebut dapat hilang sendiri. Keluhan lainnya bisa terjadi batuk yang membandel setelah , mengalami infeksi saluran napas akut. Biasanya infeksi seperti ini akan sembuh dalam 5-7 hari. Tetapi pada kasus alergi yang tidak terkendali sering tidak membaik lebih dari 2 minggu bahkan sampai berbulan bulan. Meskipun telah mengkonsumsi berbagai macam antibiotika atau obat batuk. Batuk akan timbul saat malam hari atau bangun tidur pagi hari, setelah menjelang siang hingga sore keluhan tersebut biasanya mereda. Batuk akan timbul bila anak meningkat aktifitasnya seperti berlari, tertawa keras, atau sedang menangis. Batuk lama dan membandel ini mungkin saja bisa dikategorikan astma.

ASMA PADA ANAK

Asma adalah penyakit pada pipa saluran nafas di paru. Pipa saluran nafas bercabang semakin kecil seperti pohon, menghubungkan rongga hidung dan mulut dengan kantung udara. Pipa saluran napas penderita asma sering mengalami gangguan berupa radang kronik dengan lendir atau dahak yang berlebihan, pengkerutan saluran napas, penebalan otot pipa saluran napas. Gejala Asma diantaranya adalah batuk, sesak dengan bunyi mengi, sukar bernapas dan rasa berat di dada, lendir/dahak berlebihan dan sukar keluar. Batuk biasanya berpanjangan di waktu malam hari atau cuaca sejuk, pernafasan berbunyi (wheezing), sesak napas, merasakan dada sempit. Astma pada anak tidak harus sesak atau mengi. Batuk malam hari yang lama dan berulang pada anak harus dicurigai adanya astma pada anak. Asthma adalah penyakit yang mempunyai banyak faktor penyebab. Yang paling sering karena factor atopi atau alergi. Penyakit ini sangat berkaitan dengan penyakit keturunan. Bila salah satu atau kedua orang tua, kakek atau nenek anak menderita astma bisa diturunkan ke anak.

ALERGI ATAU INFEKSI ?
Penyebab batuk, pilek dan gangguan saluran napas lainnya adalah infeksi, alergi dan proses non spesifik. Sebenarnya tidak sulit untuk membedakan gangguan saluran napas tersebut adalah infeksi saluran napas akut atau alergi. Tetapi kenyataannya banyak kasus alergi seringkali diobati sebagai antibiotika atau dianggap sebagai infeksi. Pada penderita alergi bila mengalami gangguan infeksi saluran napas akut seringkali berkepanjangan. Pada penderita yang tidak mempunyai bakat alergi mungkin infeksi itu hanya berlangsung 3 – 7 hari, tetapi pada penderita alergi gejala berlangsung lebih dari 2 minggu. Penyakit infeksi saluran napas yang disebabkan karena virus biasanya pada minggu ke dua biasanya fase infeksinya telah membaik. Namun seringkali gejala gangguan saluran napas berkelanjutan tetapi masuk dalam fase non infeksi.

OVERTREATMENT DAN OVER DIAGNOSIS
Keluhan batuk karena alergi yang demikian lama tidak sembuh dengan berbagai macam pengobatan, sering terjadi overtreatment atau over diagnosis sebagai tuberkulosis atau pertusis. Tanda dan gejala TB yang tidak spesifik sangat mirip dengan penyakit lainnya. Penyakit alergi atau asma sering dianggap penyakit TBC karena gejalanya sama. Penelitian yang dilakukan penulis didapatkan fakta yang patut disimak. Sebanyak 34(12%) anak mengalami overdiagnosis di antara 226 anak dengan gangguan napas nonspesifik seperti alergi atau asma yang berobat jalan di Klinik Alergi Anak Rumah Sakit Bunda Jakarta. Overdiagnosis tersebut sering terjadi karena tidak sesuai dengan panduan diagnosis yang ada atau kesalahan dalam menginterpretasikan gejala klinis, kontak dan pemeriksaan penunjang khususnya tes mantoux dan foto polos paru. Istilah “Pertusis Like symptom” atau “Gejala seperti Pertusis” sering diberikan pada kasus batuk lama tersebut, karena kadang gejala hampir sama dengan pertusis tetapi tidak terdapat tanda infeksi. Gangguan batuk alergi ini sering megalami overtreatment antibiotika, padahal seharusnya tidak perlu antibiotika.
Penderita batuk lama seringkali disertai infeksi berulang khususnya infeksi saluran napas atas. Pemberian antibiotika pada infeksi berulang tampaknya tidak harus diberikan karena penyebab yang paling sering adalah karena infeksi virus. Rekomendasi dan kampanye penyuluhan ke orangtua dan dokter yang telah dilakukan oleh kerjasama CDC (Centers for Disease Control and Prevention) dan AAP (American Academy of Pediatrics) memberikan pengertian yang benar tentang penggunaan antibiotika. Pilek, panas dan batuk adalah gejala dari Infeksi Pernapasan Atas yang disebabkan virus. Perubahan warna dahak dan ingus berubah menjadi kental kuning, berlendir dan kehijauan adalah merupakan perjalanan klinis Infeksi Saluran Napas Atas karena virus, bukan merupaklan indikasi antibiotika. Pemberian antibiotika tidak akan memperpendek perjalanan penyakit dan mencegah infeksi tumpangan bakteri Sedangkan pemberian antibiotika mungkin diperlukan pada penderita infeksi berulang dengan gangguan defisiensi imun primer, dan kasus ini sangat jarang terjadi.

ALERGI MAKANAN SEBAGAI PENYEBAB UTAMA ?

Alergi pada pernapasan sering ditimbulkan oleh adanya pencetus seperti hirupan dan makanan. Pada bayi dan anak makanan adalah sebagai pencetus yang utama sedangkan pada orang dewasa/tua pengaruh makanan semakin berkurang. Pencetus lainnya adalah hirupan seperti debu, serbuk sari bunga, bulu binatang, tungau (pada kasur kapuk).
Penyakit alergi khususnya yang disebabkan karena alergi makanan tampaknya berperanan paling utama sebagai penyebab dalam kasus gangguan saluran napas yang berkepanjangan. Alergi makanan dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita termasuk gangguan saluran napas. Tetapi pada kenyataan sehari-hari sebagian besar masyarakat bahkan sebagian klinisi masih sering menganggap debu sebagai biangkeladi penyebabnya. Hal ini terjadi karena pada umumnya tes kulit alergi yang sering terdeteksi adalah debu sedangkan makanan sering negatif. Hal ini terjadi karena pada tes kulit yang terdeteksi hanyalah penyebab alergi reaksi cepat atau kurang dari 8 jam. Sedangkan penyebab alergi yang masuk kategori reaksi lambat atau lebih dari 8 jam seperti sebagain besar makanan seringkali hasilnya negatif, Hal negatif ini bukan berarti penderita tidak alergi makanan.
Untuk memastikan penyebab alergi makanan bukan dengan tes kulit. Diagnosis alergi makanan dibuat berdasarkan diagnosis klinis, yaitu anamnesa (mengetahui riwayat penyakit penderita) dan pemeriksaan yang cermat tentang riwayat keluarga, riwayat pemberian makanan, tanda dan gejala alergi makanan sejak bayi dan dengan eliminasi dan provokasi. Untuk memastikan makanan penyebab alergi harus menggunakan Provokasi makanan secara buta (Double Blind Placebo Control Food Chalenge = DBPCFC). DBPCFC adalah gold standard atau baku emas untuk mencari penyebab secara pasti alergi makanan. Cara DBPCFC tersebut sangat rumit dan membutuhkan waktu, tidak praktis dan biaya yang tidak sedikit. Beberapa pusat layanan alergi anak melakukan modifikasi terhadap cara itu. Children Allergy Center Rumah Sakit Bunda Jakarta melakukan modifikasi dengan cara yang lebih sederhana, murah dan cukup efektif. Modifikasi DBPCFC tersebut dengan melakukan “Eliminasi Provokasi Makanan Terbuka Sederhana”. Bila setelah dilakukan eliminasi beberapa penyebab alergi makanan selama 3 minggu didapatkan perbaikan dalam gangguan batuk tersebut, maka dapat dipastikan penyebabnya adalah alergi makanan.
Debu yang paling sering dianggap sebagai penyebab alergi adalah debu rumah atau ”house dust”. Debu di luar rumah jarang dianggap sebagai penyebab alergi. Bila dicermati debu yang selama ini dianggap sebagai biang keladi penyebab alergi makan bisa disingkirkan. Hal ini dapat dibuktikan bahwa keluhan alergi seperti batuk dan pilek seringkali timbul saat malam dan pagi hari. Padahal debu adalah reaksi cepat yang seharusnya lebih banyak timbul saat siang hari saat aktifitas. Fakta lain juga terjadi banyak orangtua yang telah membersihkan semua debu, boneka, karpet dan dipasang air condition plasma cluster tetapi ternyata gejala alergi batuk dan pilek tidak kunjung hilang.
Dingin atau AC sering juga dianggap biang keladi penyebabnya. Mungkin memang benar dingin sebagai pemicu atau memperberat gangguan yang sudah ada. Tetapi pendapat ini tidak sepenuhnya benar karena banyak penderita alergi batuk saat tidur siang dengan AC yang sangat dingin tidak timbul gejala batuk tersebut. Hingga saat ini masih belum diketahui mengapa gejala alergi atau asma sering timbul saat malam hari. Diduha peranan hormonal sirkadial yang mengakibatkan fenomena gejala saat malam dan pagi hari lebih sering terjadi.

PENCETUS ALERGI
Timbulnya gejala alergi bukan saja dipengaruhi oleh penyebab alergi, tapi juga dipengaruhi oleh pencetus alergi. Beberapa hal yang menyulut atau mencetuskan timbulnya alergi disebut faktor pencetus. Faktor pencetus tersebut dapat berupa faktor fisik seperti dingin, panas atau hujan, kelelahan, aktifitas berlebihan tertawa, menangis, berlari,olahraga. Faktor psikis berupa kecemasan, sedih, stress atau ketakutan.
Faktor hormonal juga memicu terjadinya alergi pada orang dewasa. Faktor gangguan kesimbangan hormonal itu berpengaruh sebagai pemicu alergi biasanya terjadi saat kehamilan dan menstruasi. Sehingga banyak ibu hamil mengeluh batuk lama, gatal-gatal dan asma terjadi terus menerus selama kehamilan. Demikian juga saat mentruasi seringkali seorang wanita mengeluh sakit kepala, nyeri perut dan sebagainya.
Faktor pencetus sebetulnya bukan penyebab serangan alergi, tetapi menyulut terjadinya serangan alergi. Bila mengkonsumsi makanan penyebab alergi disertai dengan adanya pencetus maka keluhan atau gejala alergi yang timbul jadi lebih berat. Tetapi bila tidak mengkonsumsi makanan penyebab alergi meskipun terdapat pencetus, keluhan alergi tidak akan muncul. Pencetus alergi tidak akan berarti bila penyebab alergi makanan dikendalikan.
Hal ini yang dapat menjelaskan kenapa suatu ketika meskipun dingin, kehujanan, kelelahan atau aktifitas berlebihan seorang penderita asma tidak kambuh. Karena saat itu penderita tersebut sementara terhindar dari penyebab alergi seperti makanan, debu dan sebagainya. Namun bila mengkonsumsi makanan penyebab alergi bila terkena dingin atau terkena pencetus lainnya keluhan alergi yang timbul lebih berat. Jadi pendapat tentang adanya alergi dingin mungkin keliru.

PENUTUP
Alergi makanan tampaknya berperanan paling sebagai penyebab batuk, pilek dan gangguan saluran napas non spesifik. Diagnosis pasti alergi makanan hanya dipastikan dengan Double Blind Placebo Control Food Chalenge (DBPCFC). Penghindaran makanan penyebab alergi tidak dapat dilakukan hanya atas dasar hasil tes kulit alergi atau tes alergi lainnya. Seringkali hasil yang didapatkan tidak optimal karena keterbatasan pemeriksaan tersebut dan bukan merupakan baku emas atau gold Standard dalam menentukan penyebab alergi makanan. Selain mengidentifikasi penyebab alergi makanan, penderita harus mengenali pemicu alergi.
Penanganan terbaik pada penderita alergi makanan adalah dengan menghindari makanan penyebabnya. Pemberian obat-obatan anti alergi dalam jangka panjang adalah bukti kegagalan dalam mengidentifikasi makanan penyebab alergi. Mengenali secara cermat gejala alergi dan mengidentifikasi secara tepat penyebabnya, maka gejala gangguan saluran napas non spesifik dapat dihindarkan.