Info Seputar Sukabumi

Tampilkan postingan dengan label ASMA DAN ALERGI MAKANAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ASMA DAN ALERGI MAKANAN. Tampilkan semua postingan

Senin, 15 Oktober 2007







ROLE FOOD ALLERGY IN ASTHMA
(BASED ON CLINICAL STUDY)








ASMA DAN ALERGI MAKANAN



Dr Widodo Judarwanto SpA







  • ASMA SEBAGIAN BESAR BERKAITAN DENGAN ALERGI


  • BILA ANDA ATAU ANAK ANDA PENDERITA BATUK LAMA DAN ASMA YANG SERING HILANG TIMBUL KAMBUH, DAN HARUS MINUM OBAT JANGKA PANJANG. BERARTI TERJADI KEGAGALAN MENCARI PENYEBAB ALERGI YANG MENGAKIBATKAN ASMA


  • BANYAK MASYARAKAT AWAM DAN DOKTER MASIH MENGABAIKAN BAHWA ALERGI MAKANAN SANGAT BERKAITAN DENGAN ASMA SEHINGGA MUNGKIN MENGAKIBATKAN TERJADINYA KEADAAN MENGAPA ASMA SULIT DIKENDALIKAN


  • HAL INI SERING TERJADI KARENA MEMANG SANGAT SULIT MENCARI PENYEBAB ALERGI MAKANAN KARENA PEMERIKSAAN ALERGI SEPERTI TES KULIT, PERIKSA DARAH (RAST), DAN PEMERIKSAAN LAINNYA TIDAK DAPAT MEMASTIKAN PENYEBAB ALERGI MAKANAN KECUALI FOOD CHALENGE (DBDCFC


  • PADAHAL BANYAK PENELITIAN YANG MENGUNGKAPKAN BAHWA ASMA SANGAT BERKAITAN DENGAN ALERGI MAKANAN


  • MESKIPUN JARANG ASMA JUGA DAPAT TERJADI PADA BUKAN PENDERITA ALERGI. PADA KELOMPOK INI JUGA SERING TERJADI PENDERITA GASTROINTESTINAL FOOD HYPERSENSITIVITIES ATAU BERKAITAN DENGAN HIPERSENSITIVITAS MAKANAN (NON IgE), SEPERTI GLUTEN, ZAT PEWARNA, MSG DAN SEBAGAINYA.


ALERGI MAKANAN





  • Menurut survey rumah tangga dari beberapa negara menunjukkan penyakit alergi adalah adalah satu dari tiga penyebab yang paling sering kenapa pasien berobat ke dokter keluarga. Penyakit pernapasan dijumpai sekitar 25% dari semua kunjungan ke dokter umum dan sekitar 80% diantaranya menunjukkan gangguan berulang yang menjurus pada kelainan alergi.


  • Alergi makanan adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan system tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap makanan. Dalam beberapa kepustakaan alergi makanan dipakai untuk menyatakan suatu reaksi terhadap makanan yang dasarnya adalah reaksi hipersensitifitas tipe I dan hipersensitifitas terhadap makanan yang dasarnya adalah reaksi hipersensitifitas tipe III dan IV.


  • Tidak semua reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan merupakan reaksi alergi murni, tetapi banyak dokter atau masyarakat awam menggunakan istilah alergi makanan untuk semua reaksi yang tidak diinginkan dari makanan, baik yang imunologik atau non imunologik (seperti intoleransi makanan, celiac dan reaksi hipersensitivitas makanan lainnya).


DETEKSI DINI ASMA





  • BILA ORANG TUA MENGALAMI ASMA WASPADAI ANAK TERUTAMA YANG PUNYA WAJAH DAN GOLONGAN DARAH YANG SAMA, BILA KEDUA ORANGTUA ASMA MAKA SEMUA ANAK BERESIKO TINGGI ASMA


  • WASPADAI GEJALA ALERGI KULIT, HIDUNG DAN BATUK LAMA


  • Pada awal kelahiran tampak sering bersin, mata sering belekan, berair dan cold like respiratory congestion atau suara napas terdengar grok-grok. Yang terakhir ini sering dikira karena pembersihan jalan napas waktu lahir kurang bersih, padahal penyebabnya adalah produksi cairan yang berlebihan di saluran napas (hipersekresi bronkus).


  • Pada usia yang lebih besar biasanya timbul keluhan batuk sering berulang. Tampak pada anak sering batuk-batuk kecil atau kadang hanya seperti berdehem. Keluhan itu terjadi hilang timbul, kadang tanpa diobatipun keluhan tersebut dapat hilang sendiri. Keluhan lainnya bisa terjadi batuk yang membandel setelah ,engalami infeksi saluran napas akut. Biasanya infeksi seperti ini akan sembuh dalam 5-7 hari. Tetapi pada kasus alergi yng tidak terkendali sering tidak membaik lebih dari 2 minggu bahkan sampai berbulan bulan. Meskipun telah mengkonsumsi berbagai macam antibiotika atau obat batuk. Batuk akan timbul saat malam hari atau bangun tidur pagi hari, setelah menjelang siang hingga sore keluhan tersebut biasanya mereda. Batuk akan timbul bila anak meningkat aktifitasnya seperti berlari, tertawa keras, atau sedang menangis. Batuk lama dan membandel ini mungkin saja bisa dikategorikan astma.


ASMA PADA ANAK





  • Asma adalah penyakit pada pipa saluran nafas di paru. Pipa saluran nafas bercabang semakin kecil seperti pohon, menghubungkan rongga hidung dan mulut dengan kantung udara. Pipa saluran napas penderita asma sering mengalami gangguan berupa radang kronik dengan lendir atau dahak yang berlebihan, pengkerutan saluran napas, penebalan otot pipa saluran napas.


  • Gejala Asma diantaranya adalah batuk, sesak dengan bunyi mengi, sukar bernapas dan rasa berat di dada, lendir/dahak berlebihan dan sukar keluar. Batuk biasanya berpanjangan di waktu malam hari atau cuaca sejuk, pernafasan berbunyi (wheezing), sesak napas, merasakan dada sempit.


  • Asma pada anak tidak harus sesak atau mengi. Batuk malam hari yang lama dan berulang pada anak harus dicurigai adanya astma pada anak. Asthma adalah penyakit yang mempunyai banyak faktor penyebab. Yang paling sering karena factor atopi atau alergi. Penyakit ini sangat berkaitan dengan penyakit keturunan. Bila salah satu atau kedua orang tua, kakek atau nenek anak menderita astma bisa diturunkan ke anak.


GEJALA LAIN YANG DILAMI PENDERITA ASMA





  • HIDUNG : rinitis, hidung gatal, bersin dan faringitis. Kadang dijumpai tenggorokan atau palatum (langit-langit mulut) terasa gatal dan post nasal drip (cairan di tenggorok). Bila keluhan pilek atau batuk sering terjadi dan berlanjut lama akan menyebabkan komplikasi sinusitis, polip, epistaksis (”mimisan”), deviasi septum nasi (hidung bengkok), tonsillitis kronis (”amandel berulang”) atau faringitis kronis (”sakit tenggorokan lama”).


  • Komplikasi yang terjadi tersebut sering mengakibatkan tindakan operatif, misalnya pada sinusitis, tonsilitis kronis dan deviasi septum nasi. Tidak jarang pada penderita tindakan operatif itu terjadi berulang beberapa kali, karena setelah operasi keluhan penyebab utama komplikasi seperti pilek berlangsung terus.


  • Komplikasi lain yang bisa terjadi bila pilek berkepanjangan adalah epitaksis. Penyebabnya adalah rapuhnya pembuluh darah di sekitar hidung akibat sering pilek atau reaksi inflamasi yang terus menerus terjadi pada hidung .


  • Ciri khas pada anak yang lebih besar biasanya dijumpai tanda hidung kelinci (rabbit nose) yaitu anak sering menggerak-gerakkan hidung, sering menggosok-gosok hidung (salam alergi), Bila tidur sering ngorok, mulut terbuka atau napas dengan mulut, kadang juga timbul suara serak atau parau. Sering disertai timbulnya benjolan kelenjar di leher dan belakang kepala


  • Sinusitis sering dialami pada kasus anak alergi, terdapat 2 jenis sinusitis yaitu sinusitis maksilaris akut dan sinusitis maksilaris kronis. Pada penderita alergi yang sering mengalami pilek beresiko mudah terkena sinusitis maksilaris akut. Sinusitis maksilaris akut merupakan npenyakit infeksi mukosa sinus maksilaris yang disebabkan karena kuman dan virus. Gejalanya berupa panas badan, pilek kental, berbau kadang bercampur darah. Disertai nyeri pipi, kepala dan gigi. Hidung buntu dan suara bindeng. Pada X-photo (rontgen) sinus paranasal water didapatkan kesuraman, gambaran air fluid level dan penebalan mucosa.


  • Bila pilek berlangsung lama dan tidak kunjung membaik sereta sering berulang maka komplikasi dapat terjadi adalah mengakibatkan sinusitis maksilaris kronis. Sinusitis Maksilaris kronis adalah sinusitis yang tidak kunjung sembuh dengan pengobatan dan dapat terjadi perubahaan histologis mukosa daerah sinus berupa fibrosis dan metaplasi skwamosa. Gejalanya berupa pilek kental, berbau biasanya satu sisi, badan tidak panas, batuk-batuk, nyeri kepala bisa ada/tidak dan rasa kering tenggorok (post nasal drip). Disertai nyeri pipi, kepala dan gigi. Hidung buntu dan suara bindeng. Pada X-photo (rontgen) sinus paranasal water didapatkan kesuraman pada sisi yang sakit dan penebalan mucosa.


  • Polip hidung adalah pengertian morfologis (bentuk) yang berarti penonjolan mukosa yang panjang dan bertangkai. Factor penyebabnya adalah alergi pilek atau radang kronis yang berlangsung lama dan berulang-ulang. Terjadi hambatan aliran kembali cairan dalam sel sehingga terjadi edema (pembengkakkan), penonjolan mukosa menjadi panjang dan bertangkai.


PERMASALAHAN ASMA





  • DAYA TAHAN TUBUH LEMAH SERING SAKIT INFEKSI SALURAN NAPAS (INFEKSI TENGOROKAN, DEMAM, BATUK, PILEK)


  • MENGALAMI GANGGUAN ORGAN TUBUH LAIN SEPERTI SALURAN CERNA, HIDUNG, KULIT DAN LAINNYA


  • TERJADI GANGGUAN SUSUNAN SARAF PUSAT SEPERTI : MIGRAIN, SAKIT KEPALA, DAN GANGGUAN PERILAKU LAINNYA SEPERTI EMOSI TINGGI, DEPRESI, SULIT TIDUR, GANGGUAN KONSENTRASI, AGRESIF MENINGKAT, IMPULSIF (BICARA DAN TERTAWA BERLEBIHAN)


  • TERJADI GIZI GANDA : BERAT DAN TINGGI BADAN SULIT NAIK ATAU SEBALIKNYA KEGEMUKAN.


  • Keluhan batuk karena alergi yang demikian lama tidak sembuh dengan berbagai macam pengobatan, sering terjadi overtreatment atau over diagnosis sebagai tuberkulosis. Permasalahan tersebut akan dibahas dalam bab infeksi dan alergi. Istilah “Pertusis Like symptom” atau “Gejala seperti Pertusis” sering diberikan pada kasus batuk lama tersebut, karena kadang gejala hampir sama dengan pertusis tetapi tidak terdapat tanda infeksi.


PENYEBAB DAN PEMICU ASMA





  • Timbulnya ASMA bukan saja dipengaruhi oleh penyebab alergi, tapi juga dipengaruhi oleh pencetus alergi. ASMA sering ditimbulkan oleh adanya PENYEBAB seperti hirupan dan makanan. Pada bayi dan anak makanan adalah sebagai pencetus yang utama sedangkan pada orang dewasa dan tua pengaruh makanan semakin berkurang. Meskipun Sebenarnya pengaruhnya tetap besar. Pencetus lainnya adalah hirupan seperti debu, serbuk sari bunga, bulu binatang, tungau (pada kasur kapuk).


  • Beberapa hal yang menyulut atau mencetuskan timbulnya alergi disebut faktor pencetus. Faktor pencetus tersebut dapat berupa faktor fisik seperti INFEKSI virus (demam,batuk dan pilek) dingin, panas atau hujan, kelelahan, aktifitas berlebihan tertawa, menangis, berlari,olahraga. Faktor psikis berupa kecemasan, sedih, stress atau ketakutan.


  • Faktor hormonal juga memicu terjadinya alergi pada orang dewasa. Faktor gangguan kesimbangan hormonal itu berpengaruh sebagai pemicu alergi biasanya terjadi saat kehamilan dan menstruasi. Sehingga banyak ibu hamil mengeluh batuk lama, gatal-gatal dan asma terjadi terus menerus selama kehamilan. Demikian juga saat mentruasi seringkali seorang wanita mengeluh sakit kepala, nyeri perut, asma dan sebagainya.


  • Faktor pencetus sebetulnya bukan penyebab serangan alergi, tetapi menyulut terjadinya serangan alergi. Bila mengkonsumsi makanan penyebab alergi disertai dengan adanya pencetus maka keluhan atau gejala alergi yang timbul jadi lebih berat. Tetapi bila tidak mengkonsumsi makanan penyebab alergi meskipun terdapat pencetus, keluhan alergi tidak akan muncul. Pencetus alergi tidak akan berarti bila penyebab alergi makanan dikendalikan.


  • Hal ini yang dapat menjelaskan kenapa suatu ketika meskipun dingin, kehujanan, kelelahan atau aktifitas berlebihan seorang penderita asma tidak kambuh. Karena saat itu penderita tersebut sementara terhindar dari penyebab alergi seperti makanan, debu dan sebagainya. Namun bila mengkonsumsi makanan penyebab alergi bila terkena dingin atau terkena pencetus lainnya keluhan alergi yang timbul lebih berat. Jadi pendapat tentang adanya alergi dingin mungkin keliru.


  • Tetapi pada kenyataan sehari-hari sebagian besar masyarakat bahkan sebagian klinisi masih sering menganggap debu sebagai biangkeladi penyebabnya. Hal ini terjadi karena pada umumnya tes kulit alergi yang sering terdeteksi adalah debu sedangkan makanan sering negatif. Hal ini terjadi karena pada tes kulit yang terdeteksi hanyalah penyebab alergi reaksi cepat atau kurang dari 8 jam. Sedangkan penyebab alergi yang masuk kategori reaksi lambat atau lebih dari 8 jam seperti sebagain besar makanan seringkali hasilnya negatif, Hal negatif ini bukan berarti penderita tidak alergi makanan.


  • Debu yang paling sering dianggap sebagai penyebab alergi adalah debu rumah atau ”house dust”. Debu di luar rumah jarang dianggap sebagai penyebab alergi. Bila dicermati debu yang selama ini dianggap sebagai biang keladi penyebab alergi makan bisa disingkirkan. Hal ini dapat dibuktikan bahwa keluhan alergi seperti batuk dan pilek seringkali timbul saat malam dan pagi hari. Padahal debu adalah reaksi cepat yang seharusnya lebih banyak timbul saat siang hari saat aktifitas. Fakta lain juga terjadi banyak orangtua yang telah membersihkan semua debu, boneka, karpet dan dipasang air condition plasma cluster tetapi ternyata gejala alergi batuk dan pilek tidak kunjung hilang.


  • Debu bisa dapat menimbulkan alergi dan asma bila dalam jumlah yang cukup besar seperti bila masuk gudang, rumah yang tidak ditinggali lebih dari seminggu, saat bongkar-bongkar kamar atau saat menyapu atau saat memakai atau mengambil barang yang sudah lama tersimpan lama di gudang atau lemari.


  • Dingin atau AC sering juga dianggap biang keladi penyebabnya. Mungkin memang benar dingin sebagai pemicu atau memperberat gangguan yang sudah ada. Tetapi pendapat ini tidak sepenuhnya benar karena banyak penderita alergi batuk saat tidur siang dengan AC yang sangat dingin tidak timbul gejala batuk tersebut. Hingga saat ini masih belum diketahui mengapa gejala alergi atau asma sering timbul saat malam hari. Diduha peranan hormonal sirkadial yang mengakibatkan fenomena gejala saat malam dan pagi hari lebih sering terjadi.


ASMA, INFEKSI VIRUS DAN PENGARUH ALERGI MAKANAN





  • HUBUNGAN ASMA DAN ALERGI MAKANAN, PADA UMUMNYA MEMANG TIDAK TERJADI SETELAH MAKAN PENYEBAB ALERGI LANGSUNG SESAK.


  • DALAM KEADAAN RINGAN YANG SERING MEMICU TIMBULNYA ASMA ADALAH ADANYA INFEKSI SALURAN NAPAS (TERUTAMA VIRUS MESKIPUN BAKTERI JUGA BISA) : SEPERTI DEMAM, BATUK, PILEK, INFEKSI TENGGOROK


  • MENGAPA DALAM KEADAAN INFEKSI VIRUS SEBELUMNYA ASMA TIDAK TIMBUL. INILAH POINT UTAMANYA MENGAPA SAAT INFEKSI SALURAN NAPAS TIMBUL ASMA?




  1. BILA SAAT TERKENA INFEKSI VIRUS TERKENA ASMA MAKA BIASANYA 1-2 MINGGU SEBELUM ASMA KAMBUH TERSEBUT TERJADI :


  2. ALERGI SALURAN NAPAS BIASANYA KELUHANNYA RINGAN HANYA BATUK MALAM ATAU PAGI HARI, SERING MENGHELA NAPAS PANJANG DAN DALAM


  3. JUGA DISERTAI GEJALA ALERGI LAIN SEPERTI GANGGUAN KULIT (seperti digigit nyamuk, gatal pada kaki dan tangan) DAN GANGGUAN SALURAN CERNA (BERAK CAIR, NYERI PERUT, SULIT BERAK, MUAL, MUNTAH).


  4. GEJALA INILAH BIASANYA DISEBABKAN KARENA ALERGI MAK.ANAN, BUKTINYA KARENA TERJADI KELAUHAN BATUK HANYA PADA MALAM HARI. Saat terjadi gangguan tersebut sebenarnya sudah mengalami gangguan pada lapisan mukosa saluran napas. Sehingga 1-2 minggu kemudian timbul infeksi maka penderita asma akan kambuh.


Dr Widodo Judarwanto SpA tahun 2006, mengadakan penelitian pada 112 anak yang mengalami kekambuhan asma sebagian besar atau 108 (86%) anak terjadi saat mengalami infeksi saluran napas akut (seperti infeksi tenggorok, demam, batuk, pilek). Dan hampir semua penderita atau 108 anak (96%) 1-2 minggu sebelum infeksi atau asma kambuh mengalami gejala alergi seperti batuk malam, napas dalam, dermatitis, rinitis dan gastrointestinal alergi.



Pada penelitian lanjutan Dr Widodo Judarwanto SpA melakukan follow up ketat pada 36 penderita, Setelah dilakukan pengidentifikasian dan pengendalian alergi makanan melalui elimasi provokasi terbuka. Didapatkan bahwa setelah terjadi infeksi saluran napas dalam 3 bulan hampir semua penderita atau 35(97%) anak tidak terjadi kekambuhan asma selama terjadi infeksi saluran napas. Namun masih perlu dilakukan penelitian lebih jauh khususnya penelitian case-control lebih baik dan penilaian uji kapasitas paru untuk menindaklanjuti temuan tersebut.





  • JADI BAGI PENDERITA ASMA SEBAIKNYA DALAM KEADAAN SEHAT TIDAK BOLEH TERJADI KELUHAN ALERGI SALURAN NAPAS : BATUK MALAM DAN PAGI HARI DAN SERING MENARIK NAPAS DALAM. GANGGUAN INI SERING TIMBUL BERKAITAN DENGAN ALERGI MAKANAN.


  • BILA GANGGUAN INI TERJADI, SAAT INFEKSI SALURAN NAPAS ASMA AKAN LEBIH MUDAH TIMBUL. SEBENARNYA SECARA KLINIS HAL INI DAPAT DIAMATI DENGAN MENILAI UJI FAAL PARU, TETAPI SERING SULIT DILAKUKAN DALAM PRAKTEK SEHARI-HARI.


DIAGNOSIS ALERGI MAKANAN





  1. Untuk memastikan penyebab alergi makanan bukan dengan tes kulit. Diagnosis alergi makanan hanya dibuat berdasarkan diagnosis klinis, yaitu anamnesa (mengetahui riwayat penyakit penderita) dan pemeriksaan yang cermat tentang riwayat keluarga, riwayat pemberian makanan, tanda dan gejala alergi makanan sejak bayi dan dengan eliminasi dan provokasi.


  2. Untuk memastikan makanan penyebab alergi harus menggunakan Provokasi makanan secara buta (Double Blind Placebo Control Food Chalenge = DBPCFC). DBPCFC adalah gold standard atau baku emas untuk mencari penyebab secara pasti alergi makanan. Cara DBPCFC tersebut sangat rumit dan membutuhkan waktu, tidak praktis dan biaya yang tidak sedikit


  3. Beberapa pusat layanan alergi anak melakukan modifikasi terhadap cara itu. Allergy Asthma Clinic Jakarta melakukan modifikasi dengan cara yang lebih sederhana, murah dan cukup efektif. Modifikasi DBPCFC tersebut dengan melakukan “Eliminasi Provokasi Makanan Terbuka Sederhana”.


  4. Pemeriksaan standar yang dipakai oleh para ahli alergi untuk mengetahui penyebab alergi adalah dengan tes kulit. Tes kulit ini bisa terdari tes gores, tes tusuk atau tes suntik. Pemeriksaan ini mempunyai sensitifitas yang cukup baik, tetapi sayangnya spesifitasnya rendah. Sehingga seringkali terdapat false negatif, artinya hasil negatif belum tentu bukan penyebab alergi. Karena hal inilah maka sebaiknya tidak membolehkan makan makanan penyebab alergi hanya berdasarkan tes kulit ini.


  5. PEMERIKSAAN YANG TIDAK DIREKOMENDASIKAN. Dalam waktu terakhir ini sering dipakai alat diagnosis yang masih sangat kontroversial atau ”unproven diagnosis”. Terdapat berbagai pemeriksaan dan tes untuk mengetahui penyebab alergi dengan akurasi yang sangat bervariasi. Secara ilmiah pemeriksaan ini masih tidak terbukti baik sebagai alat diagnosis. Pada umumnya pemeriksaan tersebut mempunyai spesifitas dan sensitifitas yang sangat rendah. Bahkan organisasi profesi alergi dunia seperti tidak merekomendasikan penggunaan alat tersebut. Yang menjadi perhatian oraganisasi profesi tersebut bukan hanya karena masalah mahalnya harga alat diagnostik tersebut tetapi ternyata juga sering menyesatkan penderita alergi yang justru sering memperberat permasalahan alergi yang ada. Namun pemeriksaan ini masih banyak dipakai oleh praktisi kesehatan atau dokter. Di bidang kedokteran pemeriksaan tersebut belum terbukti secara klinis sebagai alat diagnosis karena sensitifitas dan spesifitasnya tidak terlalu baik. Beberapa pemeriksaan diagnosis yang kontroversial tersebut adalah Applied Kinesiology, VEGA Testing (Electrodermal Test/Bioresonansi), Hair Analysis Testing in Allergy, Auriculo-cardiac reflex, Provocation-Neutralisation Tests, Nampudripad's Allergy Elimination Technique (NAET), Beware of anecdotal and unsubstantiated allergy tests.


END POINTS :





  • WASPADAI BILA ORANG TUA MENDERITA ASMA ATAU BATUK LAMA MAKA ANAK BERESIKO ASMA TERUTAMA MENURUN PADA ANAK DAN ORANGTUA YANG WAJAH DAN FISIKNYA SAMA ATAU GOLONGAN DARAHNYA SAMA.


  • PEMBERIAN OBAT JANGKA PANJANG UNTUK ANTI ALERGI DAN OBAT ASMA ADALAH BUKTI KEGAGALAN DALAM MENDETEKSI PENYEBAB ALERGI MAKANAN DAN GANGGUAN MUNTAH. HINDARI MINUM OBAT JANGKA PANJANG & HINDARI KOMPLIKASI YANG TERJADI


  • ]ALERGI MAKANAN MASIH MISTERIUS DAN BELUM BANYAK TERUNGKAP SEHINGGA DISEKITAR KITA BANYAK TIMBUL KONTROVERSI BAIK OLEH MASYARAKAT ATAU DIANTARA KLINISI (DOKTER) SEHINGGA KADANG MEMBINGUNGKAN ORANGTUA. HINGGA KINI BANYAK GANGGUAN TERSEBUT DI ATAS MASIH BELUM TERUNGKAP JELAS APA PENYEBABNYA. SEHINGGA BANYAK TIMBUL PENDAPAT BERBEDA UNTUK MENDUGA PENYEBABNYA. SERINGKALI JUGA DIANGGAP MANIFESTASI NORMAL


  • TERNYATA BEBERAPA GANGGUAN TERSEBUT HILANG TIMBUL SECARA BERSAMAAN BERKAITAN DENGAN KONSUMSI MAKANAN TERTENTU
    SETELAH MENGALAMI SENDIRI DAN MENDENGAR KESAKSIAN ORANGTUA LAINNYA KITA MUNGKIN BARU AKAN PERCAYA FAKTA BAHWA TERNYATA ALERGI MAKANAN DEMIKIAN JAHAT & MENGGANGGU


  • UNTUK MEMASTIKAN PENYEBAB ALERGI MAKANAN BUKAN DENGAN TES ALERGI (TES KULIT ATAU TES DARAH) TETAPI HANYA DENGAN menggunakan Provokasi makanan secara buta (Double Blind Placebo Control Food Chalenge = DBPCFC). DBPCFC adalah gold standard atau baku emas untuk mencari penyebab secara pasti alergi makanan. Cara DBPCFC tersebut sangat rumit dan membutuhkan waktu, tidak praktis dan biaya yang tidak sedikit. Beberapa pusat layanan alergi anak melakukan modifikasi terhadap cara itu. Children Allergy Clinic Jakarta melakukan modifikasi dengan cara yang lebih sederhana, murah dan cukup efektif. Modifikasi DBPCFC tersebut dengan melakukan “Eliminasi Provokasi Makanan Terbuka Sederhana”.


  • TES KULIT DAN TES DARAH HANYA UNTUK MEMASTIKAN ADANYA BAKAT ALERGI ATAU TIDAK. TES DARAH DAN TES KULIT ALERGI TIDAK ATAU BELUM MEMASTIKAN PENYEBAB ALERGI. SEBAIKNYA JANGAN MENGHINDARI DAN MEMBOLEHKAN MAKANAN HANYA BERDASARKAN TES KULIT DAN TES DARAH. KESALAHAN INILAH YANG SERING TERJADI SEHINGGA KENAPA PENYEBAB ALERGI SULIT DIKETAHUI DAN SULIT DISEMBUHKAN.


  • DEMIKIAN PULA PEMERIKSAAN ALERGI ”UNPROVEN” (PEMERIKSAN ALTERNATIF) SENSITIFITAS DAN SPESIFITASNYA LEBIH RENDAH. BELUM TERBUKTI SECARA ILMIAH SEBAGAI ALAT DIAGNOSIS. Banyak organisasi profesi alergi dunia yang tidak merekomendasikan pemeriksaan ini. Tetapi ternyata pemeriksaan ini masih banyak dipakai oleh para dokter dan klinisi.Pemeriksaan ini selain mahal juga sering menyesatkan penanganan penderita alergi. Beberapa pemeriksaan diagnosis yang kontroversial tersebut adalah Applied Kinesiology, VEGA Testing (Electrodermal Test / Bioresonansi / Biotensor), Hair Analysis Testing in Allergy, Auriculo-cardiac reflex, Provocation-Neutralisation Tests, Nampudripad's Allergy Elimination Technique (NAET), Beware of anecdotal and unsubstantiated allergy test.


  • COBA TANYAKAN PENGALAMAN INI PADA ORANGTUA PENDERITA ALERGI MAKANAN LAINNYA ATAU SETELAH MENGALAMI SENDIRI TERNYATA BAHWA ALERGI MAKANAN SANGAT MENGGANGGU ANAK. MAKA KITA HARUS LEBIH PERCAYA PADA FAKTA YANG TERJADI TERSEBUT, BAHWA ALERGI MAKANAN SANGAT JAHAT.


  • MESKIPUN ALERGI TIDAK BISA HILANG SAMA SEKALI , TETAPI ALERGI MAKANAN AKAN BERKURANG SAAT USIA TERTENTU SECARA BERTAHAP DI ATAS USIA 2 – 7 TAHUN


  • MENUNDA MAKANAN PENYEBAB ALERGI TIDAK MEMPENGARUHI STATUS GIZI ANAK ASALKAN MENGETAHUI JENIS MAKANAN PENGGANTINYA
    ASMA DAPAT DICEGAH DAN DI DETEKSI SEJAK LAHIR BAHKAN SEJAK DALAM KANDUNGAN


    DAFTAR PUSTAKA
    ·
    Kanny G, Moneret-Vautrin D-A, Flabbee J, et al. Population study of food allergy in France. J Allergy Clin Immunol.2001; 108 :133 –140

    · Sicherer SH. Is food allergy causing your patient’s asthma symptoms? J Respir Dis.2000; 21 :127 –136

    · Platts-Mills TAE. The role of immunoglobulin E in allergy and asthma. Am J Respir Crit Care Med.2001; 164 :S1 –S5

    · Sicherer DH, Furlong TJ, DeSimone J, Sampson HA. Self-reported peanut allergic reactions on commercial airlines. J Allergy Clin Immunol.1999; 103 :186 –189

    · James JM, Eigenmann PA, Eggleston PA, et al. Airway reactivity changes in asthmatic patients undergoing blinded food challenges. Am J Respir Crit Care Med.1996; 153 :597 –603

    · Zwetchkenbawn JF, Skufca R, Nelson HS. An examination of food hypersensitivity as a cause of increased bronchial responsiveness to inhaled methacholine. J Allergy Clin Immunol.1991; 88 :360 –364

    · Nsouli TM, Nsouli SM, Linde RE, et al. Role of food allergy in serous otitis media. Ann Allergy.1994; 73 :215 –219

    · Judarwanto W. Acute respiratory infection as trigger of asthma in children under 5 years (unpublished).
    · Sampson HA. Food Allergy. Part 1: Immunopathogenesis and clinical disorders. J Allergy Clin Immunol.1999; 103 :717 –728

    · James JM. Anaphylactic reactions to foods. Immunol Allergy Clin N Am.2001; 21 :653 –667

    · Sampson HA, Mendelson L, Rosen JP. Fatal and near-fatal food anaphylaxis reactions in children. N Engl J Med.1992; 327 :380 –384

    · Woods RK, Weiner J, Abramson M, et al. Patients perceptions of food-induced asthma. Z J Med.1996; 26 :504 –512

    · James JM. Respiratory tract and food hypersensitivity. Immunol Allergy Clin N Am.1999; 19 :519 –532

    · Woods RK, Weiner JM, Thien F, et al. The effects of monosodium glutamate in adults with asthma who perceive themselves to be monosodium glutamate-intolerant. J Allergy Clin Immunol.1998; 101 :762 –771

    · Yang WH, Drouin MA, Herbert M, et al. The monosodium glutamate symptom complex: assessment in a double-blind, placebo-controlled, randomized study. J Allergy Clin Immunol.1997; 99 :757 –762

    · Practice parameters for the diagnosis and treatment of asthma. Joint Task Force on Practice Parameters, representing the American Academy of Allergy Asthma and Immunology, the American College of Allergy, Asthma and Immunology, and the Joint Council of Allergy, Asthma and Immunology. J Allergy Clin Immunol.1995; 96(suppl 2) :707 –869
    · Bock SA. Prospective appraisal of complaints of adverse reactions to foods in children during the first 3 years of life. Pediatrics.1987; 79 :683 –688

    · Niestijl Jansen JJ, Kardinaal AFM, Huijbers G, et al. Prevalence of food allergy and intolerance in the adult Dutch population. J Allergy Clin Immunol.1994; 93 :446 –456

    · Onorato J, Merland N, Terral C, et al. Placebo-controlled double-blind food challenges in asthma. J Allergy Clin Immunol.1986; 78 :1139 –1146

    · Nekam KL. Nutritional triggers in asthma. Acta Microbiol Immunol Hung.1998; 45 :113 –117

    · Bock SA, Atkins FM. Patterns of food hypersensitivity during sixteen years of double-blind placebo-controlled oral food challenges. J Pediatr.1990; 117 :561 –567

    · Burks AW, James JM, Hiegel A, et al. Atopic dermatitis and food hypersensitivity reactions. J Pediatr.1998; 132 :132 –136

    · Sampson HA, McCaskill CM. Food hypersensitivity and atopic dermatitis: evaluation of 113 patients. J Pediatr.1985; 107 :669 –675

    · Sicherer SH, Furlong TJ, Munoz-Furlong A, Burks WA, Sampson HA. A voluntary registry for peanut and tree nut allergy: characteristics of the first 5149 registrants. J Allergy Clin Immunol.2001; 108 :128 –132

    · Yunginger JY, Sweeney KG, Sturner WQ, et al. Fatal food-induced anaphylaxis. JAMA.1988; 260 :1450 –1452

    · Sicherer DH, Burks AW, Sampson HA. Clinical features of acute allergic reactions to peanut and tree nuts in children. Pediatrics.1998; 102(1) . Available at:
    www.pediatrics.org/cgi/content/full/102/1/e6
    · Cianferoni A, Novembre E, Mugnaini L, et al. Clinical features of acute anaphylaxis in patients admitted to a university hospital: an 11-year retrospective review (1985–1996). Ann Allergy Asthma Immunol.2001; 87 :27 –32

    · James JM, Burks AW. Foods. Immunol Clin N Am.1995; 15 :477 –488

    · James JM, Bernhisel-Broadbent J, Sampson HA. Respiratory reactions provoked by double-blind food challenges in children. Am J Respir Crit Care Med.1994; 149 :59 –64

    · Pinnock CB, Graham NM, Mylvaganam A, Douglas RM. Relationship between milk intake and mucus production in adult volunteers challenged with rhinovirus-2. Am Rev Respir Dis.1990; 141 :352 –356

    · Woods RK, Weiner JM, Abramson M, Thien F, Walters EH. Do dairy products induce bronchoconstriction in adults with asthma? J Allergy Clin Immunol.1998; 101 :45 –50

    · Novembre E, de Martino M, Vierucci A. Foods and respiratory allergy. J Allergy Clin Immunol.1988; 81 :1059 –1065

    · Oehling A, Baena Cagnani CE. Food allergy and child asthma. Allergol Immunopathol.1980; 8 :7 –14

    · Businco L, Falconieri P, Giampietro P, et al. Food allergy and asthma. Pediatr Pulmonary Suppl.1995; 11 :59 –60

    · Hill DJ, Firer MA, Shelton MJ, et al. Manifestations of milk allergy in infancy: clinical and immunological findings. J Pediatr.1986; 109 :270 –276

    · Yazicioglu M, Baspinar I, Ones U, Pala O, Kiziler U. Egg and milk allergy in asthmatic children: assessment by immulite allergy panel, skin prick tests and double-blind placebo-controlled food challenges. Allergol Immunopathol.1999; 27 :287 –293

    · Bock SA. Respiratory reactions induced by food challenges in children with pulmonary disease. Pediatr Allergy Immunol.1992; 3 :188 –194

    · Tariq SM, Matthews SM, Hakin EA, Arshad SH. Egg allergy in infancy predicts respiratory allergic disease by 4 years of age. Pediatr Allergy Immunol.2000; 11 :162 –167

    · Rhodes HL, Sporik R, Thomas P, Holgate ST, Cogswell JJ. Early life risk factors for adult asthma: a birth cohort study of subjects at risk. J Allergy Clin Immunol.2001; 108 :720 –725

    · Juntti H, Tikkanen S, Kokkonen J, Olli-Pekka A, Niinimaki A. Cow’s milk allergy is associated with recurrent otitis media during childhood. Acta Otolaryngol.1999; 119 :867 –873
    [CrossRe][ISI][Medline]
    · Bernstein JM. The role of IgE-mediated hypersensitivity in the development of otitis media with effusion: a review. Otolaryngol Head Neck Surg.1993; 109 :611 –620

    · Heiner DC, Sears JW. Chronic respiratory disease associated with multiple circulation precipitins to cow’s milk. Am J Dis Child.1960; 100 :500 –502

    · Baur X, Posch A. Characterized allergens causing bakers’ asthma. Allergy.1998; 53 :562 –566

    · Crespo JF, Rodriguez J, Vives R, et al. Occupational IgE-mediated allergy after exposure to lupine seed flour. J Allergy Clin Immunol.2001; 108 :295 –297

    · Crespo JF, Pascual C, Dominguez C, et al. Allergic reactions associated with airborne fish particles in IgE-mediated fish hypersensitive patients. Allergy.1995; 50 :257 –261

    · Daroca P, Crespo JF, Reano M, James JM, Lopez-Rubio A, Rodriguez J. Asthma and rhinitis induced by exposure to raw green beans and chards. Ann Allergy Asthma Immunol.2000; 85 :215 –218

    · Abramson M, Kutin J, Rosier M, et al. Morbidity, medication and trigger factors in a community sample of adults with asthma. Med J Aust.1995; 162 :78 –81



    “CHILDREN ALWAYS BENEFIT FROM EARLY DIAGNOSIS”

    TO DAY 1 CHILDREN IN 4 IS ALLERGIC
    TO DAY I INFANT IN 3 IS ALLERGIC
    TO DAY 1 CHILDREN IN 7 IS ASTMA
    IDENTIFY WHO !!!!!!


    ”EVEN THE BEST FOOD CAN MAKE YOU AND YOUR CHILDREN ASTHMA”


    WORKING TOGETHER AGAINTS ASTHMA AND ALLERGY,BY :
    CLINIC FOR CHILDREN
    Organized by Yudhasmara Foundation

    JL TAMAN BENDUNGAN ASAHAN 5 JAKARTA PUSAT
    PHONE : (021) 70081995 - 5703646
    email :
    wido25@hotmail.com, cfc2006@hotmail.com, htpp://www.wido25.blogster.com

    MEDICAL SERVICES :


  • PICKY EATERS CLINIC
    (KLINIK KHUSUS KESULITAN MAKAN PADA ANAK)


  • ALLERGY ASTHMA CLINIC
    (KLINIK KHUSUS ALERGI DAN ASMA)


  • MOTORIC DEVELOPMENT CLINIC
    (KLINIK KHUSUS GANGGUAN KETERLAMBATAN MOTORIK PADA ANAK)


  • BIOMEDICS BEHAVIOUR CLINIC
    (KLINIK KHUSUS GANGGUAN PERKEMBANGAN DAN PERILAKU DENGAN INTERVENSI DIET)


  • CHILDREN PSYCHOLOGY CLINIC
    (KLINIK KHUSUS PSIKOLOGI ANAK)