Info Seputar Sukabumi

Tampilkan postingan dengan label 'HOME CHILDREN ALLERGY CLINIC PROGRAM. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 'HOME CHILDREN ALLERGY CLINIC PROGRAM. Tampilkan semua postingan

Rabu, 15 Oktober 2008

WE SMILE WITH YOU




ALLERGY PARENTING – CHILDREN ALLERGY CLINIC




ALERGI MAKANAN ADALAH PENYAKIT ”THE GREAT IMMITATOR”








MENGGANGGU SEMUA ORGAN TUBUH TERMASUK OTAK DAN PERILAKU ANAK
OVER 1OO MEDICALLY RECOGNIZED SYMPTOMS OF ALLERGY.
(BASE ON CLINICAL STUDY AND CLINICAL EXPERIENCE)



CASE PREVIEW
Sandiaz, laki-laki 4 tahun setiap malam dan pagi hari bangun tidur sering mengalami batuk dan pilek yang tak kunjung hilang selama 3 bulan, Telah berbagai dokter dikunjungi baik dokter anak, dokter paru, dokter THT, dan berbagai obat antibiotika terbaik dan obat yang termahal pun sudah dikonsumsi hasilnya tetap tidak menunjukkan perubahan. Tetapi setelah diadviskan seorang dokter untuk menghindari sementara beberapa makanan penyebab alergi makanan ternyata tidak dalam waktu lama keluhan tersebut membaik.



Bila anak anda mengalami gangguan kulit, gatal-gatal, sakit kepala, hidung buntu, bersin-bersin, nyeri perut, diare, sulit BAB atau batuk lama, hiperaktif, gangguan tidur, gangguan emosi, keterlambatan bicara, kesulitan makan dan lain sebagainya. Dalam benak anda, pertama kali yang terpikir adalah pasti penyebabnya adalah vetsin, minuman dingin, makanan berminyak, makanan pedas, makanan kotor, masuk angin, panas dalam, karena debu atau udara dingin atau berbagai penyebab lainnya. Mungkin orang tua tidak terpikir bahwa keluhan-keluhan tersebut semua karena reaksi alergi makanan. Karena alergi makanan mungkin termasuk penyakit “The Great Immitator” karena gejalanya mirip atau sering dikira penyebab lainnya.



BACKGROUND

  • Angka kejadian alergi di berbagai dunia dilaporkan meningkat drastis dalam beberapa tahun terakhir. World Health Organization (WHO) memperkirakan di dunia diperkirakan terdapat 50 juta manusia menderita asma. Tragisnya lebih dari 180.000 orang meninggal setiap tahunnya karena astma. BBC tahun 1999 melaporkan penderita alergi di Eropa ada kecenderungan meningkat pesat. Angka kejadian alergi meningkat tajam dalam 20 tahun terakhir. Setiap saat 30% orang berkembang menjadi alergi. Beberapa ahli alergi berpendapat bahwa 30%-50% secara genetik manusia mempunyai predisposisi untuk berkembang menjadi alergi. Dengan kata lain mempunyai antibody Imunoglobulin E terhadap lingkungan penyebab alergi. Sejauh ini banyak orang tidak mengetahui bahwa keluhan yang dia alami itu adalah gejala alergi. Di Amerika penderita alergi makanan sekitar 2 – 2,5% pada dewasa, pada anak sekitar 6 – 8%. Setiap tahunnya diperkirakan 100 hingga 175 orang meninggal karena alergi makanan. Penyebab kematian tersebut biasanya karena syok anafilaksis (reaksi alergi berat), tersering karena kacang tanah. Lebih 160 makanan dikaitkan dengan alergi makanan.
  • Penyakit alergi juga ternyata telah menghabiskan biaya sangat besar dan fantastis. Dalam setahun penderita rhinitis alergi seluruh dunia telah menghabiskan lebih dari 20 milyar dolar Amerika untuk pembelian obat-obatan, konsultasi dan mengganggu jam kerja. Hanya untuk biaya pembelian obat anti alergi saja diperkirakan di seluruh dunia menghabiskan lebih dari 8 milyar dolar Amerika setiap tahun. Demikian juga di Indonesia, penderita alergi sering menghabiskan biaya yang sangat banyak. Bayangkan berapa biaya yang dikeluarkan orang tua untuk biaya berobat anaknya yang menderita alergi. Bila minimal setiap bulan anak harus konsultasi ke dokter, membeli obat, dan banyak pemeriksaan laboratorium yang sangat mahal. Apalagi penderita alergi sering mengalami infeksi beru;ang dan sering kali mendapatkan ”overtreatment” antibiotika. Belum lagi bila anak harus melakukan tindakan operasi bedah.



    MANIFESTASI KLINIS YANG SERING DIKAITKAN DENGAN ALERGI PADA BAYI :

  • KULIT : sering timbul bintik kemerahan terutama di pipi, telinga dan daerah yang tertutup popok. Kerak di daerah rambut. Timbul bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Kotoran telinga berlebihan & berbau. Bekas suntikan BCG bengkak dan bernanah. Timbul bisul.
  • SALURAN CERNA : GASTROOESEPHAGEAL REFLUKS ATAU GER, Sering MUNTAH/gumoh, kembung,“cegukan”, buang angin keras dan sering, sering rewel gelisah (kolik) terutama malam hari, BAB > 3 kali perhari, BAB tidak tiap hari. Feses warna hijau,hitam dan berbau. Sering “ngeden & beresiko Hernia Umbilikalis (pusar), Scrotalis, inguinalis. Air liur berlebihan. Lidah/mulut sering timbul putih, bibir kering
  • SALURAN NAPAS : Napas grok-grok, kadang disertai batuk ringan. Sesak pada bayi baru lahir disertai kelenjar thimus membesar (TRDN/TTNB)
  • HIDUNG : Bersin, hidung berbunyi, kotoran hidung banyak, kepala sering miring ke salah satu sisi karena salah satu sisi hidung buntu, sehingga beresiko ”KEPALA PEYANG”.
  • MATA : Mata berair atau timbul kotoran mata (belekan) salah satu sisi.
  • KELENJAR : Pembesaran kelenjar di leher dan kepala belakang bawah.
  • PEMBULUH DARAH : telapak tangan dan kaki seperti pucat, sering terba dingin
  • GANGGUAN HORMONAL : keputihan/keluar darah dari vagina, timbul bintil merah bernanah, pembesaran payudara, rambut rontok.
  • PERSARAFAN : Mudah kaget bila ada suara keras. Saat menangis : tangan, kaki dan bibir sering gemetar atau napas tertahan/berhenti sesaat (breath holding spells)
  • PROBLEM MINUM ASI : minum berlebihan, berat berlebihan krn bayi sering menangis dianggap haus (haus Palsu : sering menangis belum tentu karena haus atau bukan karena ASI kurang.). Sering menggigit puting sehingga luka. Minum ASI sering tersedak, karena hidung buntu & napas dengan mulut. Minum ASI lebih sebentar pada satu sisi,`karena satu sisi hidung buntu, jangka panjang bisa berakibat payudara besar sebelah.


    MANIFESTASI KLINIS YANG SERING DIKAITKAN DENGAN ALERGI PADA ANAK
  • SALURAN NAPAS DAN HIDUNG : Batuk / pilek lama (>2 minggu), ASMA, bersin, hidung buntu, terutama malam dan pagi hari. MIMISAN, suara serak, SINUSITIS, sering menarik napas dalam.
  • KULIT : Kulit timbul BISUL, kemerahan, bercak putih dan bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Warna putih pada kulit seperti ”panu”. Sering menggosok mata, hidung, telinga, sering menarik atau memegang alat kelamin karena gatal. Kotoran telinga berlebihan, sedikit berbau, sakit telinga bila ditekan (otitis eksterna).
  • SALURAN CERNA : Mudah MUNTAH bila menangis, berlari atau makan banyak. MUAL pagi hari. Sering Buang Air Besar (BAB) 3 kali/hari atau lebih, sulit BAB (obstipasi), kotoran bulat kecil hitam seperti kotoran kambing, keras, sering buang angin, berak di celana. Sering KEMBUNG, sering buang angin dan bau tajam. Sering NYERI PERUT.
  • GIGI DAN MULUT : Nyeri gigi, gigi berwarna kuning kecoklatan, gigi rusak, gusi mudah bengkak/berdarah. Bibir kering dan mudah berdarah, sering SARIAWAN, lidah putih & berpulau, mulut berbau, air liur berlebihan.
  • PEMBULUH DARAH Vaskulitis (pembuluh darah kecil pecah) : sering LEBAM KEBIRUAN pada tulang kering kaki atau pipi atas seperti bekas terbentur. Berdebar-debar, mudah pingsan, tekanan darah rendah.
  • OTOT DAN TULANG : nyeri kaki, kadang nyeri dada terutama saat malam hari
  • SALURAN KENCING : Sering minta kencing, BED WETTING (semalam ngompol 2-3 kali)
  • MATA : Mata gatal, timbul bintil di kelopak mata (hordeolum). Kulit hitam di area bawah kelopak mata. memakai kaca mata (silindris) sejak usia 6-12 tahun.
  • HORMONAL : rambut berlebihan di kaki atau tangan, keputihan, gangguan pertumbuhan tinggi badan.
  • Kepala,telapak kaki/tangan sering teraba hangat. Berkeringat berlebihan meski dingin (malam/ac). Keringat berbau.
  • FATIQUE : mudah lelah, sering minta gendong

GANGGUAN PERILAKU YANG SERING MENYERTAI PENDERITA ALERGI PADA ANAK (ALERGI DAPAT MENYEBABKAN GANGGUAN OTAK/PERILAKU ATAU “BRAIN ALLERGY” - CEREBRAL ALLERGY)

  • SUSUNAN SARAF PUSAT : sakit kepala, MIGRAIN, TICS (gerakan mata sering berkedip), , KEJANG NONSPESIFIK (kejang tanpa demam & EEG normal).
  • GERAKAN MOTORIK BERLEBIHAN
    Mata bayi sering melihat ke atas. Tangan dan kaki bergerak terus tidak bisa dibedong/diselimuti. Senang posisi berdiri bila digendong, sering minta turun atau sering menggerakkan kepala ke belakang, membentur benturkan kepala. Sering bergulung-gulung di kasur, menjatuhkan badan di kasur (“smackdown”}. ”Tomboy” pada anak perempuan : main bola, memanjat dll.
  • GANGGUAN TIDUR MALAM : sulit tidur bolak-balik ujung ke ujung, tidur posisi “nungging”, berbicara,tertawa,berteriak, sering terbangun duduk saat tidur,,mimpi buruk, “beradu gigi”
  • AGRESIF MENINGKAT sering memukul kepala sendiri, orang lain. Sering menggigit, menjilat, mencubit, menjambak (spt “gemes”)
  • GANGGUAN KONSENTRASI: cepat bosan sesuatu aktifitas kecuali menonton televisi,main game, baca komik, belajar. Mengerjakan sesuatu tidak bisa lama, tidak teliti, sering kehilangan barang, tidak mau antri, pelupa, suka “bengong”, TAPI ANAK TAMPAK CERDAS
  • EMOSI TINGGI (mudah marah, sering berteriak /mengamuk/tantrum), keras kepala, negatifisme
  • GANGGUAN KESEIMBANGAN KOORDINASI DAN MOTORIK : Terlambat bolak-balik, duduk, merangkak dan berjalan. Jalan terburu-buru, mudah terjatuh/ menabrak, duduk leter ”W”.
  • GANGGUAN SENSORIS : sensitif terhadap suara (frekuensi tinggi) , cahaya (silau), raba (jalan jinjit, flat foot, mudah geli, mudah jijik)
  • GANGGUAN ORAL MOTOR : TERLAMBAT BICARA, bicara terburu-buru, cadel, gagap. GANGGUAN MENELAN DAN MENGUNYAH, tidak bisa makan makanan berserat (daging sapi, sayur, nasi) Disertai keterlambatan pertumbuhan gigi.
  • IMPULSIF : banyak bicara,tertawa berlebihan, sering memotong pembicaraan orang lain
  • Memperberat gejala AUTIS dan ADHD

KOMPLIKASI

  • KESULITAN MAKAN DAN BERAT BADAN SULIT NAIK terutama setelah usia 4 – 6 bulan
  • DAYA TAHAN TUBUH MENURUN : MUDAH SAKIT PANAS, BATUK, PILEK (INFEKSI BERULANG) ; 1-2 kali setiap bulan). SEBAIKNYA TIDAK TERLALU MUDAH MINUM ANTIBIOTIKA. PENYEBAB TERSERING INFEKSI BERULANG ADALAH VIRUS YANG SEBENARNYA TIDAK PERLU ANTIBIOTIKA.
  • Karena sering sakit berakibat Tonsilitis kronis (AMANDEL MEMBESAR) hindari operasi amandel yang tidak perlu
  • Waspadai dan hindari efek samping PEMAKAIAN OBAT TERLALU SERING.
  • Mudah mengalami INFEKSI SALURAN KENCING. Kulit di sekitar kelamin sering kemerahan
  • SERING TERJADI OVERDIAGNOSIS TBC (MINUM OBAT JANGKA PANJANG PADAHAL BELUM TENTU MENDERITA TBC / ”FLEK ”) KARENA GEJALA ALERGI MIRIP PENYAKIT TBC. BATUK LAMA BUKAN GEJALA TBC PADA ANAK BILA DIAGNOSIS TBC MERAGUKAN SEBAIKNYA ”SECOND OPINION” DENGAN DOKTER LAINNYA
  • MAKAN BERLEBIHAN KEGEMUKAN atau OBESITAS
  • INFEKSI JAMUR (HIPERSENSITIF CANDIDIASIS) di lidah, selangkangan, di leher, perut atau dada, KEPUTIHAN

SERING DIANGGAP BIASA

  • Tanda dan gejala yang dikaitkan dengan alergi pada bayi dan anak tersebut, seringkali memang dialami oleh banyak anak (sekitar 30% lebih). Karena banyaknya kasus tersebut maka gejala tersebut sering dianggap biasa, baik oleh kalangan masyarakat dan bahkan oleh sebagian kalangan klinisi atau dokter. Bila orangtua hanya mempunyai satu anak mungkin tidak menyadari, tetapi bila mempunyai anak 2 atau lebih maka akan dapat membedakan sebenarnya tanda dan gejala yang dianggap biasa tersebut sebenarnya tidak terjadi pada sebagian anak lainnya. Hanya saja ketika hal tersebut dianggap biasa karena selama ini tidak ada yang bisa menjelaskan kenapa hal itu terjadi. Demikian pula terjadi kontroversi di kalangan medis, semua gejala tersebut saat dikonsultasikan ke dokter sering dianggap biasa, Mungkin secara tehnis hal ini sulit dijelaskan ke pasien karena selama ini gangguan-gangguan tersebut secara medis penyebabnya belum terungkap jelas. Gejala tersebut akan berkurang seiring dengan usia. Bila dikaitkan dengan manifestasi alergi, hal ini memang berkaitan dengan bertambahnya usia imaturitas atau ketidakmatangan saluran cerna akan semakin membaik sehingga gangguan-gangguan tersebut akan semakin berkurang.
  • Tetapi ternyata sebagian besar yang diaggap biasa tersebut mempunyai aspek yang sangat luas. Bila tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan banyak komplikasi seperti anak sering sakit, gangguan perilaku dan gangguan lain yang cukup mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
  • Beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak gangguan dapat disebabkan karena alergi makanan. Penulis juga banyak mengadakan penelitian dan pengamatan terhadap tanda dan gejala tersebut. Ternyata setelah dilakukan eliminasi makanan tertentu maka gejala tersebut dapat hilang atau berkurang. Atau, bila gejala tersebut timbul selalu terjadi menifestasi alergi lainnya. Misalnya, bila terjadi kolik seringkali disertai gangguan kulit, hidung buntu, napas grok-grok dan gangguan saluran cerna lainnya. Bila dilakukan anamnesa dengan cermat terjadi pola perubahan makanan baik diet ibu saat pemberian ASI atau makanan yang dikonsumsi langsung oleh bayi.
  • Demikian juga dengan gangguan bentol merah seperti digigit nyamuk atau serangga, biasanya disertai gangguan tidur malam, gangguan saluarn cerna ringan, hidung buntu malam, perilaku emosi dan agresif meningkat dan sering ditemukan pola diet makanan alergi yang dikonsumsi.
  • Sehingga orangtua harus bijak dalam menyikapinya. Memang tampaknya alergi makanan tidak berbahaya dan tidak terlalu mengkawatirkan. Tetapi bila dicermati lebih jauh jangka panjang yang bisa terjadi maka hal yang dianggap biasa tersebut SANGAT MENGGANGGU dan harus lebih diwaspadai.

PERSEPSI BERBEDA DALAM MASYARAKAT

  • Gejala dan tanda alergi pada anak yang sering terjadi sering disalah persepsikan penyebabnya oleh masyarakat. Pendapat tersebut turun temurun terjadi didapatkan dari orang tua atau kakek nenek. Dalam jangka panjang gangguan tersebut ternyata dapat menjadi alat prediksi ke depan. Persepsi berbeda dalam masyarakat dalam menyikapi tanda dan gejala alergi:
  • Dermatitis (merah di pipi) sering dianggap karena terkena (“terciprat”) air susu ibu. Keluhan ini juga dialami salah satu orang tua, yaitu seringkali timbul jerawat di wajah atau
  • Perioral dermatitis (bintik merah di sekitar mulut) sering dianggap sehabis makan lupa membersihkan sisa makanan di sekitar mulut. Padahal sisa makanan tersebut tiap hari pasti ada tetapi keluhan ini hilang timbul. Keluhan ini juga dialami salah satu orang tua, yaitu timbul semacam bintik kecil atau jerawat disekitar mulut.
  • Hipersekresi bronkus (napas bunyi grok-grok) sering dianggap karena dokter atau bidan kurang bersih menyedot atau membersihkan cairan ketuban di mulut bayi saat lahir.
  • Diapers Dermatitis (merah di daerah popok) sering dianggap karena pemakaian popok (diapers) padahal setiap hari memakai diapers tetapi hanya saat tertentu tiombul gejala. Keluhan ini juga dialami salah satu orang tua, yaitu sering batuk kecil (berdehem) karena dahak berlebihan di tenggorokan.
  • Sering muntah sering dianggap lambungnya sempit atau kecil, atau sering dianggap stress. Keluhan ini juga dialami salah satu orang tua, yaitu sering timbul mual, banyak gas di perut, sering sendawa gelegekan atau gejala maag.
  • Sering nyeri perut sering dianggap pura-pura atau alasan menolak makanan hal ini terjadi karena keluhan tersebut sangat ringan dan timbul hanya sebentar. Keluhan ini juga dialami salah satu orang tua, yaitu sering perut rasa tidak enak atau gejala maag.
  • Sering muntah sering dianggap lambungnya sempit atau kecil, atau sering dianggap stress. Keluhan ini juga dialami salah satu orang tua, yaitu sering timbul mual, banyak gas di perut, sering sendawa gelegekan atau gejala maag.
  • Bintil merah di kulit yang berubah menjadi kehitaman atau dermatitis di kulit sering dianggap karena digigit nyamuk atau darah manis, padahal semua anggota keluarga di dalam rumah yang sama tidak mengalaminya. Atau, sering dianggap karena debu atau air kran yang kurang bersih atau karena udara panas atau keringat.
  • Tanda lebam kebiruan di tulang kering kaki atau kadang di daerah salah satu pipi sering dianggap karena terbentur atau terjatuh saat berlari atau naik sepeda. Memang kebetulan bahwa anak alergi biasanya anaknya sangat aktif dan tidak bisa diam. Hal ini biasanya juga dialami oleh salah satu orang tua, tetapi pada orangtua biasanya lokasinya di paha atau lengan atas sering diistilahkan dicubit setan.
  • Mata atau telinga gatal, sering digosok-gosok sering dianggap karena mengantuk
  • Tanda putih (seperti panu) di pipi, dada atau pungggung sering dianggap karena berenang, padahal banyak anak yang tidak pernah berenang juga mengalaminya.
  • Sering sariawan atau luka di mulut sering dianggap karena panas dalam atau kurang vitamin C padahal anak setiap hari makan buah. Sariawan ini juga biasanya sering dialami salah satu orang tua.
  • Sulit Buang air besar atau tidak buang air besar tiap hari sering dianggap karena karena kurang buah atau sayur padahal anak setiap hari makan buah dan sayur. Gangguan ini juga biasanya sering dialami salah satu orang tua.

PENCETUS ALERGI

  • Timbulnya gejala alergi bukan saja dipengaruhi oleh penyebab alergi, tapi juga dipengaruhi oleh pencetus alergi. Beberapa hal yang menyulut atau mencetuskan timbulnya alergi disebut faktor pencetus. Faktor pencetus tersebut dapat berupa faktor fisik seperti dingin, panas atau hujan, kelelahan, aktifitas berlebihan tertawa, menangis, berlari,olahraga. Faktor psikis berupa kecemasan, sedih, stress atau ketakutan.
  • Faktor hormonal juga memicu terjadinya alergi pada orang dewasa. Faktor hormonal itu berpengaruh sebagai pemicu alergi terjadi saat kehamilan dan menstruasi. Sehingga banyak ibu hamil mengeluh batuk lama, gatal-gatal dan asma terjadi terus menerus. Demikian juga saat mentruasi seringkali seorang wanita mengeluh sakit kepala, nyeri perut dan sebagainya.
  • Faktor pencetus sebetulnya bukan penyebab serangan alergi, tetapi menyulut terjadinya serangan alergi. Bila mengkonsumsi makanan penyebab alergi disertai dengan adanya pencetus maka keluhan atau gejala alergi yang timbul jadi lebih berat. Tetapi bila tidak mengkonsumsi makanan penyebab alergi meskipun terdapat pencetus, keluhan alergi tidak akan muncul. Pencetus alergi tidak akan berarti bila penyebab alergi makanan dikendalikan.
  • Hal ini yang dapat menjelaskan kenapa suatu ketika meskipun dingin, kehujanan, kelelahan atau aktifitas berlebihan seorang penderita asma tidak kambuh. Karena saat itu penderita tersebut sementara terhindar dari penyebab alergi seperti makanan, debu dan sebagainya. Namun bila mengkonsumsi makanan penyebab alergi bila terkena dingin atau terkena pencetus lainnya keluhan alergi yang timbul lebih berat. Jadi pendapat tentang adanya alergi dingin mungkin keliru.

MEMASTIKAN DAN MENCARI PENYEBAB ALERGI

  • UNTUK MEMASTIKAN PENYEBAB ALERGI MAKANAN BUKAN DENGAN TES ALERGI (TES KULIT ATAU TES DARAH) TETAPI DENGAN menggunakan Provokasi makanan secara buta (Double Blind Placebo Control Food Chalenge = DBPCFC).
  • DBPCFC adalah gold standard atau baku emas untuk mencari penyebab secara pasti alergi makanan. Cara DBPCFC tersebut sangat rumit dan membutuhkan waktu, tidak praktis dan biaya yang tidak sedikit. Beberapa pusat layanan alergi anak melakukan modifikasi terhadap cara itu. Rumah Sakit Bunda Children Allergy Clinic Jakarta melakukan modifikasi dengan cara yang lebih sederhana, murah dan cukup efektif. Modifikasi DBPCFC tersebut dengan melakukan “Eliminasi Provokasi Makanan Terbuka Sederhana”.
  • PEMERIKSAAN ALERGI YANG DIANJURKAN DAN TELAH TERBUKTI SECARA KLINIS ADALAH TES KULIT DAN PEMERIKSAAN IgE SPESIFIK, TETAPI PEMERIKSAAN INI HANYA MEASTIKAN ADANYA BAKAT ALERGI ATAU ATOPI, BELUM MEMASTIKAN PENYEBAB ALERGI
  • Bahkan dalam waktu terakhir ini sering dipakai alat diagnosis yang masih sangat kontroversial atau ”unproven diagnosis”. Namun pemeriksaan ini masih banyak dipakai oleh praktisi kesehatan atau dokter. Di bidang kedokteran pemeriksaan tersebut belum terbukti secara klinis sebagai alat diagnosis karena sensitifitas dan spesifitasnya tidak terlalu baik. Beberapa pemeriksaan diagnosis yang kontroversial tersebut adalah Applied Kinesiology, VEGA Testing (Electrodermal Test), Bioresonansi, Hair Analysis Testing in Allergy, Auriculo-cardiac reflex, Provocation-Neutralisation Tests, Nampudripad's Allergy Elimination Technique (NAET), Beware of anecdotal and unsubstantiated allergy tests.
  • PEMERIKSAAN TES KULIT : SENSITIFITAS TINGGI TETAPI SPESIFITAS RENDAH. SEDANGKAN PEMERIKSAAN ALTERNATIF (BELUM TERBUKTI SECARA ILMIAH) SEPERTI TEST VEGA, BIORESONANSI DLL SENSITIFITAS DAN SPESIFITASNYA RENDAH SEHINGGA BELUM MEMASTIKAN PENYEBAB ALERGI MAKANAN
  • SEHINGGA SEBAIKNYA JANGAN MENGHINDARI DAN MEMBOLEHKAN MAKANAN HANYA BERDASARKAN TES KULIT DAN TES DARAH

END POINT

  • ANGKA KEJADIAN ALERGI MAKANAN SEMAKIN HARI SEMAKIN MENINGKAT PESAT. ALERGI MAKANAN DAPAT MENGGANGGU SEMUA ORGAN TUBUH, TERMASUK OTAK DAN PERILAKU ANAK. GANGGUAN PERILAKU YANG MENYERTAI ADALAH ANAK TAMPAK SANGAT AKTIF, EMOSI TINGGI, GANGGUAN TIDUR MALAM, KETERLAMBATAN BICARA, AGRESIF, GANGGUAN KONSENTRASI, GANGGUAN KOORDINASI MOTORIK, GANGGUAN BELAJAR HINGGA MEMPERBERAT AUTIS DAN ADHD.
  • ALERGI MAKANAN MASIH MISTERIUS DAN BELUM BANYAK TERUNGKAP SEHINGGA DISEKITAR KITA BANYAK TIMBUL KONTROVERSI BAIK OLEH MASYARAKAT ATAU DIANTARA KLINISI (DOKTER) SEHINGGA KADANG MEMBINGUNGKAN ORANGTUA. HINGGA KINI BANYAK GANGGUAN TERSEBUT DI ATAS MASIH BELUM TERUNGKAP JELAS APA PENYEBABNYA. SEHINGGA BANYAK TIMBUL PENDAPAT BERBEDA UNTUK MENDUGA PENYEBABNYA. SERINGKALI JUGA DIANGGAP MANIFESTASI NORMAL. TERNYATA BEBERAPA GANGGUAN TERSEBUT HILANG TIMBUL SECARA BERSAMAAN BERKAITAN DENGAN KONSUMSI MAKANAN TERTENTU.
  • SERING DIANGGAP BIASA KARENA SEBAGIAN BESAR BAYI BANYAK YANG MENGALAMI PADAHAL BILA TIDAK DIATASI SEJAK DINI DALAM JANGKA PANJANG SAAT USIA LEBIH BESAR GANGGUAN INI BERESIKO MENIMBULKAN BANYAK GANGGUAN.
  • COBA TANYAKAN PENGALAMAN INI PADA ORANGTUA PENDERITA ALERGI MAKANAN LAINNYA ATAU SETELAH MENGALAMI SENDIRI TERNYATA BAHWA ALERGI MAKANAN SANGAT MENGGANGGU ANAK. MAKA KITA HARUS LEBIH PERCAYA PADA FAKTA YANG TERJADI TERSEBUT, BAHWA ALERGI MAKANAN SANGAT JAHAT.
  • PERMASALAHAN YANG TIMBUL ADALAH : MINUM OBAT JANGKA PANJANG DAN BERGANTI-GANTI DOKTER KARENA GEJALA ALERGI HILANG TIMBUL. PEMBERIAN OBAT ALERGI JANGKA PANJANG ADALAH BUKTI KEGAGALAN MENGIDENTIFIKASI PENYEBABNYA. HINDARI MINUM OBAT JANGKA PANJANG & HINDARI KOMPLIKASI YANG TERJADI
  • ALERGI MAKANAN DAPAT DIDETEKSI DAN DICEGAH SEJAK DINI BAHKAN SEJAK DALAM KANDUNGAN, DENGAN PERTAMBAHAN USIA DI ATAS USIA 2 - 7 TAHUN ALERGI MAKANAN AKAN BERTAHAP DAPAT BERKURANG
  • GOLD STANDART DIAGNOSIS ATAU MEMASTIKAN MAKANAN PENYEBAB ALERGI ADALAH DENGAN DBPCFC BUKAN DENGAN TES KULIT, TES DARAH ATAU PEMERIKSAAN ALERGI LAINNYA.
  • MESKIPUN ALERGI TIDAK BISA HILANG SAMA SEKALI , TETAPI ALERGI MAKANAN AKAN BERKURANG SECARA ALAMIAH SAAT USIA TERTENTU SECARA BERTAHAP DI ATAS USIA 2 – 7 TAHUN. MENGHILANG ATAU BERKURANGNYA ALERGI TERSEBUT BUKAN KARENA OBAT-OBATAN, MEMAKSA MAKANAN PENYEBAB ALERGI, BERENANG ATAU PEMBERIAN TERAPI TRADISONAL LAINNYA.
  • MENUNDA MAKANAN PENYEBAB ALERGI TIDAK MEMPENGARUHI STATUS GIZI ANAK ASALKAN MENGETAHUI JENIS MAKANAN PENGGANTINYA
  • ALERGI DAPAT DICEGAH DAN DI DETEKSI SEJAK LAHIR BAHKAN SEJAK DALAM KANDUNGAN

REFERENSI :

1. Landstra AM, Postma DS, Boezen HM, van Aalderen WM. Role of serum cortisol levels in children with asthma. Am J Respir Crit Care Med 2002 Mar 1;165(5):708-12 Related Articles, Books, LinkOut2. Kretszh, Konitzky. Differential Behavior Effects of Gonadal Steroids in Women And In Those Without Premenstrual3. Lynch JS. Hormonal influences on rhinitis in women. Program and abstracts of 4th Annual Conference of the National Association of Nurse Practitioners in Women's Health. October 10-13, 2001; Orlando, Florida. Concurrent Session K New England Journal of Medicine 1998:1246142-156.4. Bazyka AP, Logunov VP. Effect of allergens on the reaction of the central and autonomic nervous systems in sensitized patients with various dermatoses] Vestn Dermatol Venerol 1976 Jan;(1):9-145. Stubner UP, Gruber D, Berger UE, Toth J, Marks B, Huber J, Horak F. The influence of female sex hormones on nasal reactivity in seasonal allergic rhinitis. Allergy 1999 Aug;54(8):865-716. Renzoni E, Beltrami V, Sestini P, Pompella A, Menchetti G, Zappella M. Brief report: allergological evaluation of children with autism.: J Autism Dev Disord 1995 Jun;25(3):327-337. Menage P, Thibault G, Martineau J, Herault J, Muh JP, Barthelemy C, Lelord G, Bardos P. An IgE mechanism in autistic hypersensitivity? .Biol Psychiatry 1992 Jan 15;31(2):210-28. Strel'bitskaia RF, Bakulin MP, Kruglov BV. Bioelectric activity of cerebral cortex in children with asthma.Pediatriia 1975 Oct;(10):40-3.9. O'Banion D, Armstrong B, Cummings RA, Stange J. Disruptive behavior: a dietary approach. J Autism Child Schizophr 1978 Sep;8(3):325-3710. Boris, M & Mandel, E. Food additives are common causes of the Attention Deficit Hyperactivity Disorder in Children. Annals of Allergy 1994; 75(5); 462-811. Carter, C M et al. Effects of a few foods diet in attention deficit disorder. Archives of Disease in Childhood (69) 1993; 564-812. Egger, J et al. Controlled trial of oligoantigenic treatment in the hyperkinetic syndrome. Lancet (1) 1985: 540-513. Loblay, R & Swain, A. Food intolerance In Wahlqvist M and Truswell, A (Eds) Recent Advances in Clinical Nutrition. John Libby, London. 1086.pp.1659-177.14. Rowe, K S & Rowe, K L. Synthetic food colouring and behaviour: a dose-response effect in a double-blind, placebo-controled, repeated-measures study. Journal of Paediatrics (125);1994;691-698.15. Ward, N I. Assessment of chemical factors in relation to child hyperactivity. J.Nutr.& Env.Med. (ABINGDON) 7(4);1997:333-342.16. Trotsky MB. Neurogenic vascular headaches, food and chemical triggers. Ear Nose Throat J. 1994;73(4):228-230, 225-236.17. Overview Allergy Hormone. htpp://www.allergycenter/allergy Hormone.18. Allergy induced Behaviour Problems in chlidren . htpp://www.allergies/wkm/behaviour.19. Brain allergic in Children.htpp://www.allergycenter/UCK/allergy.20. William H., Md Philpott, Dwight K., Phd Kalita, Dwight K. Kalita PhD, Linus Pauling PhD, Linus. Pauling, William H. Philpott MD. Brain Allergies: The Psychonutrient and Magnetic Connections.21. Ray C, Wunderlich, Susan PPrwscott. Allergy, Brains, and Children Coping. London.200322. Hall K. Allergy of the nervous system : a reviewAnn Allergy 1976 Jan;36(1):49-64.23. Doris J Rapp. Allergies and the Hyperactive Child24. Bentley D, Katchburian A, Brostoff J. Abdominal migraine and food sensitivity in children. Clinical Allergy 1984;14:499-500.25. Costa M, Brookes SJ. The enteric nervous system. Am J Gastroenterol 1994;89:S29-137.26. Goyal RK, Hirano I. The enteric nervous system. N Engl J Med 1996;334:1106-1115.27. Vaughan TR. The role of food in the pathogenesis of migraine headache. Clin Rev Allergy 1994;12:167-180.


“CHILDREN ALWAYS BENEFIT FROM EARLY DIAGNOSIS”

TO DAY 1 CHILDREN IN 4 IS ALLERGIC
TO DAY I INFANT IN 3 IS ALLERGIC
IDENTIFY WHO !!!!!!


”EVEN THE BEST FOOD CAN MAKE YOUR CHILDREN SICK”


WORKING TOGETHER AGAINTS DISTURBANCE IN CHILDREN,BY :

CLINIC FOR CHILDREN
Organized by Yudhasmara Foundation

JL TAMAN BENDUNGAN ASAHAN 5 JAKARTA PUSAT
PHONE : (021) 70081995 - 5703646
email :
cfc2006@hotmail.com, allergyonline@gmail.com
htpp://www.alergianak.blogspot.com




MEDICAL SERVICES :

ONLINE INFORMATION :